Futsal - Part of My Life |
Beberapa minggu ini, setiap latihan futsal di hari Selasa malam, aku nebeng teman. Maklumlah, nggak ada kendaraan plus sikon yang nggak tepat untuk naik angkutan. Mau nggak mau, aku juga harus mengikuti aturan main kendaraannya temeaku ini. Tenang aja, dia cewek kok. Tetapi disinilah letak permasalahannya.
Bisa dianggap wajar jika cewek tertarik dengan cowok yang bisa dibilang hebat di dunia olahraga. Untuk pembahasan kali ini, aku mengkhususkan untuk cowok yang hebat dalam bermain futsal. Mungkin dari permainan yang keren, macho, atau memang berwajah istimewa, para cewek menilai cowok-cowok ini.
Hari Selasa minggu lalu, dari belasan anggota tim futsal cewek, hanya empat yang hadir, termasuk aku dan temanku itu. Sedangkan dari kubu futsal cowok, aku bisa bilang kalau terlalu banyak yang hadir. Satu lapangan futsal kurasa tidak cukup untuk mereka. Nah, disinilah awal mulanya..
Zayn Malik Asli Tanpa KW |
Dua teman tim futsal cewek disebelahku, malah asyik ngerumpi. Dari yang kutangkap, maaf nguping, mereka membicarakan salah satu dari cowok-cowok di dalam lapangan. Mereka menyebutnya 'Zayn Malik KW Super'. Harus kuakui kalau si Zayn Malik KW Super ini memang tinggi, putih, dan mungkin semua kriteria cowok idaman wanita ada padanya. Dengan gayanya yang sok cuek tapi suka curi-curi pandang ke cewek-cewek yang lagi nggosipin dia, rasanya aku cuma bisa nyengir kuda. Ini orang PD amet!
Masalah kedua muncul dari teman yang dengan kelembutan hatinya selalu nebengin aku. Latihan sudah selesai, sudah saatnya untuk pulang. Aku naik ke atas motor temanku ini. Sudah siap untuk berangkat, eh ternyata temanku ini langsung ngebut. Awalnya aku nggak tau kenapa ini anak main kebut-kebutan. Tetapi setelah tau siapa yang ada di depan, aku geleng-geleng kepala. Temanku ini, lagi ngejar kecengannya. Please..
Bukannya malah ngobrol-ngobrol sama kecengannya, eh, mereka berdua seperti sedang duel one on one. Siapa cepat, dia menang. Aku yang merasa menjadi korban cuma bisa diam, berdoa. Karena harus menurunkanku di jalan dekat asrama, temanku ini terpaksa berhenti. Setelah memberi salam perpisahan yang basa-basi, temanku kembali ngebut. Kembali mengejar kecengannya.
Selama perjalanan menuju asrama aku berpikir. Apa untuk mengejar sesuatu, diharuskan untuk berlari? Harus membahayakan diri sendiri? Atau memang seharusnya melakukan keduanya? Kalaupun iya, aku mungkin tidak bisa terlalu berlari atau bahkan membahayakan diri. Aku mengikuti alurku, walaupun terkadang lambat. Dan kurasa yang kuperlukan hanyalah sebuah dorongan untuk lebih cepat, tetapi bukan berlari.
0 komentar:
Posting Komentar